Serapi dan
seaman apapun harta yang dipendam (memendamnya di dalam sumur) dengan tujuan
untuk masa depan kehidupannya (tebusan, kemarahan raja, membayar hutang, sakit
dll), tetap saja tidak bisa menjamin kebahagiaannya. Hartanya akan habis
apabila: berpindah tempat, lupa meletakkannya, naga dan yakkha mengambilnya,
dicuri oleh sanak keluarga, tidak dijaga dg baik, atau buah kamma baiknya telah
habis.
Cara
memendam harta yang terbaik : gemar berdana dan memiliki moral yang baik, dapat
menahan nafsu serta mempunyai pengendalian diri. (Dānena sīlena saṃyamena
damena ca).
Inilah
"Harta" yang dipendam paling sempurna, tidak mungkin hilang, tidak
mungkin ditinggalkan, walaupun suatu saat akan meninggal, ia tetap akan
membawanya. Tak seorangpun yang dapat mengambil "Harta" itu,
perampok-perampok pun tidak dapat merampasnya. Oleh karena itu, lakukanlah
perbuatan-perbuatan bajik karena inilah "Harta" yang paling baik.
Buah dari kebajikan ini: Wajah cantik dan suara merdu, kemolekan dan kejelitaan, kekuasaan dan pengikut, kedaulatan dan kekuasaan kerajaan besar, kebahagiaan seorang raja Cakkavati, atau kekuasaan dewa di alam surga.
Kejayaan manusia, kebahagiaan surga, kesempurnaan Nibbana, memiliki sahabat-sahabat sejati, memiliki kebijaksanaan dan mencapai pembebasan, memiliki pengetahuan untuk mencapai pembebasan, mencapai kesempurnaan sebagai seorang siswa, menjadi Pacceka Buddha atau Samma Sambuddha.
Renungan II: Āditta Sutta (S. 1.31)
Ketika rumah terbakar, tempayan yang diselamatkanlah yang masih bermanfaat, bukan yang sudah terbakar.
Demikian pula, dunia ini terbakar oleh usia-tua dan kematian. Oleh karena itu, seseorang harus menyimpan kekayaannya dengan cara berdana. Apapun yang telah dipersembahkan, aman tersimpan.
Catatan:
Di Kehidupan-kehidupan sebelumnya, kita telah banyak bekerja dan mengumpulkan kekayaan.
Hanya kekayaan yang telah di ‘dirubah’ menjadi “kebajikan” lah yang masih mengikuti kita dengan terus menerus memberikan Āyu, vaṇṇa, sukha, bala (panjang umur, wajah menarik, kebahagiaan dan kekuatan).
Kekayaan
yang tidak sempat ’dirubah’ menjadi “kebajikan” telah terbakar oleh ‘api
kematian’ di kehidupan lampau.